Senin, Juli 14, 2025
BerandaNasionalBali Dicap Tidak Layak Dikunjungi di 2025: Ancaman Kiamat Plastik Mengintai

Bali Dicap Tidak Layak Dikunjungi di 2025: Ancaman Kiamat Plastik Mengintai

BorneoNetwork – Situs wisata internasional Fodors.com memasukkan Bali dalam daftar No List 2025, yang menyoroti destinasi yang dinilai tidak layak dikunjungi oleh turis.

Dilansir dari CNBC, Fodor’s menyebut pembangunan pariwisata yang berlebihan telah merusak lingkungan dan budaya Bali, menciptakan ancaman besar yang mereka sebut sebagai kiamat plastik.

Lingkungan dan Pariwisata Terancam

Menurut laporan tersebut, pembangunan yang cepat dan tidak terkendali telah mengikis habitat alami Bali, membuat hubungan antara pariwisata dan lingkungan menjadi rapuh.

“Ekonomi Bali tumbuh berkat keramahtamahan yang sangat bergantung pada kesehatan lanskap alamnya,” tulis Fodor’s.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan peningkatan signifikan kunjungan wisatawan pasca-pandemi, dengan 5,3 juta pengunjung internasional pada 2023 dan 3,5 juta turis asing dalam tujuh bulan pertama 2024.

Namun, peningkatan ini justru memperbesar tekanan pada infrastruktur dan lingkungan pulau.

Pantai-pantai populer seperti Kuta dan Seminyak kini mengalami masalah serius, terkubur di bawah tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik.

Krisis Sampah Plastik

Bali Partnership, sebuah koalisi akademisi dan LSM, mencatat bahwa Bali menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahun, dengan 303.000 ton di antaranya adalah plastik.

Dari jumlah tersebut, hanya 7% yang berhasil didaur ulang. Akibatnya, sekitar 33.000 ton sampah plastik mencemari sungai, pantai, dan laut Bali setiap tahun.

Gary Bencheghib, pendiri kelompok lingkungan Sungai Watch, menyebut situasi ini sebagai perjuangan berat melawan apa yang dia gambarkan sebagai kiamat plastik.

Krisis ini semakin diperparah oleh sistem pengelolaan sampah yang dinilai tidak mampu mengimbangi jumlah sampah yang dihasilkan.

Kritik terhadap Pariwisata Tak Berkelanjutan

World Wildlife Fund (WWF) pernah memperingatkan dampak pembangunan pariwisata Bali sejak 2007.

Laporan WWF menyebutkan bahwa pembangunan yang cepat tanpa perencanaan berkelanjutan telah merusak lingkungan pulau secara serius.

Selain itu, Bank Pembangunan Asia melaporkan bahwa kualitas air pesisir Indonesia, termasuk Bali, terancam oleh polusi dari berbagai sumber, seperti limbah domestik, industri, dan akuakultur.

Panggilan untuk Tindakan Nyata

Kritik ini menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat Bali untuk mengambil langkah nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan pulau dewata.

Dengan tekanan yang terus meningkat akibat pariwisata, keberlanjutan menjadi satu-satunya jalan agar Bali dapat tetap menjadi destinasi yang tidak hanya menarik, tetapi juga ramah lingkungan.

Kristin Winkaffe, pakar perjalanan berkelanjutan, menegaskan bahwa langkah-langkah mendesak diperlukan untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah dan memastikan masa depan Bali yang lebih hijau dan berkelanjutan.

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
- Advertisment -
Google search engine

paling banyak dibaca