BorneoNetwork, Nusa Tenggara Timur – Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, menelan korban jiwa hingga 10 orang.
Seperti dilansir dari Suara, Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengungkapkan bahwa sebagian besar korban ditemukan di area pemukiman sekitar 4 kilometer dari puncak gunung, di luar radius aman yang semula ditetapkan sebesar 3 kilometer.
“Sebagian korban berada di jarak 4 km dari kawah. Ini memang sudah melewati jarak aman yang sebelumnya kami rekomendasikan, tapi peningkatan aktivitas gunung terjadi sangat cepat,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (4/11/2024).
Hingga Minggu malam (3/11), status Gunung Lewotobi masih di level siaga atau level 3 dengan batas aman sejauh 3 kilometer.
Namun, lonjakan aktivitas vulkanik secara mendadak memaksa PVMBG meningkatkan status gunung ke level 4 (awas) pada pukul 00.00 WIB dini hari tadi, disertai perluasan radius aman menjadi 7 kilometer.
Sebelum proses evakuasi bisa diselesaikan, gunung Lewotobi Laki-laki meletus pada pukul 02.48 WITA, hanya sekitar 3 jam setelah peningkatan status tersebut diumumkan.
Letusan tersebut memuntahkan material vulkanik yang terlempar hingga radius lebih dari 3 kilometer, menyebabkan kebakaran dan bahkan lubang besar di beberapa lokasi.
BNPB mengonfirmasi bahwa rekaman video amatir dari warga sekitar menunjukkan lontaran batu pijar dan dampak kerusakan signifikan di area yang terjangkau material letusan.
Hingga pukul 10.20 WIB, Senin (4/11), BNPB mencatat sebanyak 2.735 keluarga atau sekitar 10.295 orang telah diungsikan dari area sekitar gunung, khususnya dari 14 desa di Kecamatan Ile Bura, Titehena, dan Wulanggitang di Flores Timur.
Langkah cepat dilakukan untuk mengevakuasi warga ke tempat aman demi menghindari potensi dampak lanjutan, mengingat kondisi gunung yang masih terus bergejolak.
Dengan kecepatan perubahan kondisi ini, Abdul Muhari menggarisbawahi pentingnya langkah antisipatif serta peningkatan kesiagaan bagi masyarakat di wilayah rawan bencana gunung berapi, meskipun teknologi prediksi letusan gunung saat ini masih belum bisa memberikan kepastian waktu letusan yang akurat.