BorneoNetwork – Fenomena food vlogger dengan konsep “review jujur” kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama setelah kasus viralnya Codeblu.
Mahasiswa: “Review Harus Objektif, Jangan Menjatuhkan”
Rizky, seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di Banjarmasin, menganggap bahwa review jujur itu penting, tetapi harus tetap memperhatikan etika.
“Sebagai konsumen, saya tentu ingin tahu kualitas makanan sebelum membeli. Tapi kalau review dilakukan dengan cara yang kasar atau terlalu menjatuhkan, itu bisa berdampak buruk bagi usaha kecil. Seharusnya vlogger bisa lebih objektif dan memberi kritik yang membangun, bukan hanya untuk sensasi,” ujarnya.
Menurut Rizky, food vlogger memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik.
Jika tidak dilakukan secara bertanggung jawab, kritik yang berlebihan bisa merugikan usaha kecil yang sedang berkembang.
Pedagang Bakso: “Review Bisa Bantu, Tapi Juga Bisa Bikin Rugi”
Sementara itu, Rani, seorang pedagang warung makan bakso di kawasan Banjarmasin, mengaku memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap tren food vlogger yang melakukan review jujur.
“Kalau ada vlogger datang dan kasih review bagus, warung saya bisa jadi lebih ramai. Tapi kalau yang datang ternyata cuma cari sensasi dengan kritik pedas, bisa bikin usaha saya sepi. Padahal selera orang beda-beda, yang enak menurut satu orang belum tentu enak menurut yang lain,” katanya.
Rani memahami bahwa kritik bisa membantu meningkatkan kualitas, tetapi ia berharap para food vlogger tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pelaku usaha kecil.
Pembeli: “Sebagai Konsumen, Saya Terbantu dengan Review”
Di sisi lain, Reza, sebagai seorang konsumen mengaku cukup terbantu dengan review jujur dari food vlogger.
“Saya sering cari rekomendasi makanan dari YouTube, TikTok ataupun Instagram sebelum mencoba tempat baru. Kalau ada yang bilang makanannya enak, saya jadi lebih yakin buat beli. Tapi kalau terlalu banyak kritik negatif, saya jadi ragu,” ungkapnya.
Namun, Reza juga menekankan bahwa kritik harus disampaikan dengan sopan dan tidak terkesan menjatuhkan.
“Saya setuju review harus jujur, tapi jangan sampai merusak usaha orang. Harus ada keseimbangan antara kritik dan apresiasi,” tambahnya.
Dilema Food Vlogger dan Dampaknya bagi Usaha Kuliner
Kontroversi seputar review jujur food vlogger memang menimbulkan dilema. Di satu sisi, ulasan mereka bisa menjadi referensi berharga bagi konsumen.
Namun, di sisi lain, jika disampaikan tanpa etika dan hanya mengejar sensasi, kritik tajam justru bisa menjadi bumerang bagi pelaku usaha, terutama UMKM kuliner.
Ke depannya, pelaku usaha berharap agar food vlogger dapat lebih bijak dalam memberikan ulasan, sementara konsumen diharapkan tetap kritis dalam menilai suatu review.
Sehingga, baik pelaku usaha maupun pelanggan dapat memperoleh manfaat yang adil dari tren digital ini.