BorneoNetwork – TikTok adalah salah satu media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Menurut data We Are Social tahun 2024, pengguna TikTok di Indonesia mencapai 73,5% dari total pengguna internet.
Namun, dampaknya tidak selalu positif. Penelitian Mardiana dan Maryana (2024) menemukan adanya kaitan antara durasi penggunaan TikTok dengan kesehatan mental, khususnya stres dan gangguan kecemasan.
Sekitar 60-70% remaja yang sering menggunakan TikTok tercatat mengalami tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi.
Penggunaan TikTok yang berlebihan membuat remaja lebih mudah terpapar konten yang dapat memicu stres.
Pikiran negatif seperti merasa lebih rendah dari orang lain, merasa insecure. Kehilangan rasa percaya diri membuat banyak remaja mengalami stres dan kecemasan, serta lupa beraktivitas secara normal.
Salah satu warga Kota Banjarmasin bercerita tentang kondisi anaknya yang kecanduan aplikasi TikTok.
“Sekolah dia malas, makan minum malas, kerjaan di rumah saja tiduran dengan Hp-nya nonton TikTok. Kalo habis paket internetnya menangis minta belikan,” ujar Nisa kepada BorneoNetwork, Minggu (15/12/2024).
Anaknya yang masih usia remaja sekitar 15 tahun kini bisa dikatakan menjadi terobsesi dengan aplikasi TikTok di dunia maya.
Penelitian juga menunjukkan, mereka yang sudah kecanduan TikTok lebih banyak menjadi korban perundungan dan mempunyai hubungan dengan orangtua lebih buruk.
Secara keseluruhan, studi kasus ini mengindikasikan bahwa pengguna TikTok yang kecanduan, mengalami situasi lebih tidak menguntungkan dalam hal kesehatan mental, keluarga dan kondisi sekolah.
“Sudah dimarahi habis-habisan masih saja diulanginya, bahkan ada dia bolos di rumah temannya tak sekolah dan me-wifi di sana main TikTok juga,” tambahnya.
