BorneoNetwork – Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti perselisihan antarnegara muslim dalam Sesi Khusus terkait Palestina dan Lebanon di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 Developing Eight (D-8), yang berlangsung di Istana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Mesir.
Dilansir dari CNBC, dalam forum yang dihadiri oleh Presiden Mesir Abdul Fattah El-Sisi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan sejumlah kepala negara lainnya, Prabowo menekankan pentingnya persatuan dunia muslim.
“Realitas situasi ini adalah bahwa dunia muslim tidak dihormati. Padahal, populasi muslim mencapai 2 miliar orang, sekitar 25% dari populasi dunia,” ujar Prabowo.
Ia menyoroti bahwa meski negara-negara muslim memiliki sumber daya melimpah, perselisihan internal justru melemahkan pengaruh mereka di kancah global, termasuk dalam membantu Palestina.
Menurut Prabowo, politik adu domba atau divide et impera telah menjadi alat imperialisme selama ribuan tahun yang terus memecah belah dunia muslim.
“Setiap hari kita melihat Sudan, Libya, dan Yaman, di mana pemimpin muslim melawan pemimpin muslim. Kapan ini berakhir? Kapan kita bisa membantu Palestina jika terus berselisih di antara kita sendiri?” tuturnya.
Prabowo juga menyoroti bahwa upaya negara muslim terhadap Palestina sering kali hanya berupa deklarasi dukungan atau bantuan kemanusiaan tanpa langkah nyata yang lebih signifikan.
Ia menyerukan persatuan sebagai kunci untuk membawa perubahan yang lebih besar bagi dunia muslim dan membantu menyelesaikan konflik yang dialami saudara-saudara di Palestina.
Pernyataan ini mendapat perhatian serius dari para pemimpin yang hadir, di tengah tantangan besar yang dihadapi negara-negara muslim dalam upaya membangun solidaritas global.