BorneoNetwork – Di tengah masa studi yang penuh dengan tekanan akademik, mahasiswa di seluruh Indonesia mulai merasa cemas tentang masa depan mereka.
Tidak hanya terkait dengan kelulusan, kecemasan ini juga mencakup masalah ketidakpastian karir, tantangan finansial, dan dampak perubahan sosial yang semakin besar.
Hal ini juga termasuk mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin merasakan kecemasan mengenai masa depan mereka, terutama terkait dengan karir setelah lulus.
Berbagai tantangan seperti persaingan di dunia kerja, isu sosial, dan ketidakpastian ekonomi menjadi topik utama dalam wawancara dengan sejumlah mahasiswa.
Fahmi mengungkapkan, “Saya khawatir dengan banyaknya lulusan di bidang yang sama. Kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan semakin ketat, dan saya tidak yakin apakah saya bisa bersaing di dunia kerja nanti.”
Fahmi menambahkan bahwa ia merasa tertekan dengan meningkatnya jumlah pekerjaan yang membutuhkan pengalaman, sementara ia masih baru menyelesaikan kuliah.
Siti merasa cemas dengan ketidakpastian karir, “Saya merasa bimbang tentang pekerjaan apa yang bisa saya dapatkan setelah lulus, terutama di tengah krisis ekonomi saat ini yang semakin mempersulit keadaan. Banyak perusahaan yang memotong anggaran dan mengurangi perekrutan karyawan.”
Siti berharap agar pemerintah lebih memperhatikan peluang kerja bagi para lulusan perguruan tinggi.
Di sisi lain, Bayu tetap merasa optimis meskipun banyak tantangan.
“Saya yakin meski ada banyak rintangan, kita harus terus berusaha dan mempersiapkan diri. Banyak peluang yang bisa kita dapatkan asal kita terus belajar dan beradaptasi,” ujarnya.
Hal ini juga disetujui oleh Rizky yang menambahkan.
“Meskipun situasi tidak mudah, kita harus mencoba untuk memanfaatkan kesempatan magang dan memperluas jejaring agar bisa siap menghadapi dunia kerja.” ucapnya.
Mira berbicara tentang masalah sosial yang mempengaruhi kecemasannya.
“Saya khawatir dengan ketidaksetaraan yang ada di beberapa sektor pekerjaan, terutama untuk wanita. Meskipun begitu, saya berusaha untuk tetap percaya bahwa dengan kemampuan yang saya miliki, saya bisa melangkah lebih jauh,” katanya.
Diana menambahkan, “Masalah utama saya adalah bagaimana menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion saya. Banyak teman saya yang memilih pekerjaan hanya karena faktor gaji yang tinggi, bukan karena minat mereka. Saya ingin menemukan keseimbangan antara pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan memberikan kebahagiaan.”
Rifki memiliki pandangan yang lebih pragmatis. “Saat ini, banyak industri yang memerlukan keterampilan khusus yang tidak selalu diajarkan di kampus. Untuk itu, saya lebih fokus untuk belajar keterampilan tambahan melalui kursus online atau pelatihan agar bisa tetap relevan dengan kebutuhan pasar kerja.”
Rifki mengakui bahwa kecemasan akan masa depan tetap ada, namun ia merasa bahwa keterampilan tambahan akan meningkatkan peluangnya di pasar kerja.
Miftah mengungkapkan kekhawatirannya tentang ketidaksetaraan sosial dan kesempatan yang terbatas.
“Ada perasaan bahwa hanya mereka yang memiliki koneksi kuat atau latar belakang keluarga yang lebih mapan yang bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus. Itu yang membuat saya merasa khawatir, apakah latar belakang saya akan membatasi kesempatan saya?”.
Miftah berharap ada lebih banyak peluang yang terbuka bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang sosial.
Namun, tidak semua mahasiswa merasa cemas. Rina memiliki pandangan berbeda.
“Saya lebih melihat situasi ini sebagai tantangan untuk berkembang. Justru dengan adanya krisis, kita dihadapkan pada kebutuhan untuk berinovasi dan menjadi lebih kreatif dalam mencari pekerjaan,” ujar Rina, yang sudah mulai merencanakan untuk membuka usaha sendiri setelah lulus.
Wawancara dengan mahasiswa-mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin ini menunjukkan bahwa meskipun ada kecemasan yang besar tentang masa depan, banyak dari mereka yang berusaha untuk tetap optimis dan mencari cara untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang ada.
Mereka berfokus pada pengembangan keterampilan, memperluas jaringan, dan menemukan cara untuk tetap relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.